Catatan HPN Kendari (5)
Setelah acara puncak selesai, Gubernur Sultra Ali Mazi mempersilahkan tamu yang datang untuk menikmati alam Sulawesi Tenggara yang indah.
Saya dan Iriansyah Tanjung dari Padang Panjang bersama kawan kawan wartawan, termasuk tiga wartawan senior peraih Press Card Number One tadi, makan siang di Rumah Makan Padang Sasarani di Jalan Bunggasi, Anduonohu, Poasia, Kota Kendari, diajak Walikota Fadly Amran, yang berulang tahun ke 34, di hari itu.
Juragan rumah makan ini akrab dipanggil Pak Ujang. Dia berasal dari Padang Panjang. Rasa gulai ikan racikan Pak Ujang, khas sekali. Pas di lidah urang awak. Patut pula orang lain, suka makan di tempat Pak Ujang.
Pria 62 tahun, bergaya rambut dikuncir, berpakaian rapi ini, mengatakan, dahulunya dia buka usaha rumah makan di Jakarta. Sejak 2007 pindah ke Kendari. Kini rumah makannya sudah empat di kota itu.
Jual belinya jangan ditanya. Keempat rumah makannya ramai semua,” kata Ajo Ad seorang pengurus IKM kepada saya.
Pak Ujang sukses berusaha di Kendari. Dia jadi salah seorang pengurus IKM Sultera. Juga pengurus gabungan paguyuban suku suku yang ada di Sulawesi Tenggara. Seperti paguyuban Bugis, Jawa, Sunda dan lain sebagainya.
Malam harinya, setelah magrib, saya bersama Walikota Fadly Amran kembali bergabung dengan pengurus IKM di Warung Kopi Haji Anto 2 di Jalan Buburanda, Lalolara, Kecamatan Kambu, Kota Kendari.
Kedai kopi Haji Anto ini ada ditiga tempat. Semuanya terkenal. Pemiliknya berani pasang tagline, “Mau Jadi Gubernur, Walikota, Bupati, Anggota DPR, Minum Kopi Haji Anto.”
Rupanya di sini tempat ngopi para pejabat. Kabarnya, Presiden Joko Widodo, pernah minum kopi di Warkop Haji Anto 2, tempat kami minum itu, sebanyak dua kali.
Warung ini terkenal, sebagai tempat minum para pejabat setempat dan pejabat lain, yang datang berkunjung ke Kendari.
Malam itu, Haji Anto pengusaha warung, ikut duduk bersama kami. Dia tampak sangat akrab dengan Pengurus IKM Sultra dan Pengurus Paguyuban Bugis yang juga hadir malam itu.
Ketua IKM Sultra Irwan Oktavi dan Sekretaris Desem Suardi bersama Fadly Nongki Humas IKM Kendari, merasa sangat senang, ketika kami perkenalkan dengan Ketua PWI Sumbar Heranof, Sekretaris PWI Sumbar Widya Nafis, Tokoh Pers Nasional Khairul Jasmi dan beberapa kawan lainnya dari Sumbar, yang hadir malam itu.
Tidak kalah senang, Haji Anto sendiri yang berasal dari Bugis. Dia duduk di samping Fadly Amran, “Saya bangga ada Walikota dari Sumbar ngopi di sini. Nanti saya pasang foto saya berdua dengan Pak Fadly di sana,” ujar Haji Anto sambil menunjuk dinding, tempat puluhan fotonya bersama pejabat, yang pernah singgah di warungnya.
Sebagian dari pejabat itu, berfoto dengan Haji Anto, sebelum mereka menjabat. Karena itu pula, warung Haji Anto diistilahkan, tempat minum kopi calon pejabat.
Jika ingin jadi pejabat minumlah terlebih dahulu kopi Haji Anto,” kata seorang teman, mengulang istilah favorit di Kendari saat ini.
Kepada kami Haji Anto mengatakan, kopi yang diraciknya itu, berasal dari Sumatera. Biji kopi mentah digiling jadi bubuk kopi di Ujung Pandang.
Rasa kopi susu, yang saya pesan malam itu, terasa enak sekali. Padahal saya tidak pecandu kopi.
Kata Haji Anto pula, bubuk kopi dari Ujung Pandang, itu dia racik lagi sendiri, menjadi menu sepesial. Sehingga rasanya, lebih nikmat bagi yang mencoba.
Mengapa bisa menjadi pejabat publik, setelah minum kopi Haji Anto?” salah sorang kami bercanda bertanya.
Haji Anto menjawab sedikit tenang, “Orang sudah jadi pejabat terlebih dahulu, baru kemudian ikut pemilihan. Sudah ada mejanya dulu, baru dicari kayu untuk membuatnya,” katanya berkias.
Saya manggut manggut, mencari tahu apa maksudnya.
Sementara pembicaraan, tamu yang datang, menjalar ke berbagai hal. Rombongan dari Sumbar bersama Walikota Fadly Amran, saling berbagi cerita dengan Pengurus IKM, Pengurus Paguyuban Bugis. Semuanya ambil bagian berbicara. Mengalir alami saja. Serupa cerita di warung kopi biasa, penuh gelak tawa, duduk melingkar meja panjang.
Banyak tukar ilmu, berbagi pengetahuan, malam itu. Tak terasa sambil minum kopi dan makan hidangan di warung terkenal itu, hari sudah larut malam.
Ketika akan berpisah, sambil salaman, Haji Anto berbisik kepada saya, tentang maksud dari bahasa kiasannya tadi itu, “Selesaikan dulu mejanya, baru cari kayu untuk membuatnya.”
Tapi maaf Bro, itu tidak mungkin saya sebutkan dalam tulisan ini. Bila bertanya langsung kepada saya, baru saya beritahu maksudnya, ya….😆😆.(Bersambung).