Sutan Syahril Dt.Indo Rajo.
Oleh: Sts.Dt.Rajo lndo
Berbicara tentang budaya. Tidak bisa lepas dari sejarah. Membicarakan sejarah dengan berbagai perkembangannya yang pada hakikatnya adalah membicarakan ka ryativitas manusia dan hasil ciptaan manu sia itu adalah budaya dengan berbagai corak ragam dan seninya.
Karena seni semua indah, karena ilmu semua bisa dan karena agama semua ber kah. Sehubungan dengan itu niniak mo yang kita sudah melahirkan berbagai seni yang terhimpun dalam budaya. Diantara nya budaya “Ma ngecek” atau caro mange cek dan atau berbicara. Budaya berpakai an “Timang-timang di padang, oh incik pakai lah kudung – Sungguh sedap mata memandang, gadis Minang pakai baju ku rung.
Sementara budaya berbicara menurut ketimuran. Berbicara dengan yang tua-tua, berbicara dengan yang kecil. berbicara dengan yang sebaya dan berbicara dengan orang yang bertalian secara adat dengan awak berbeda satu sama lainnya.
Menurut adat Minangkabau bila berbica ra dengan orang yang tua dengan kita ha rus menggunakan kata-kata hormat. Berbi cara dengan yang kecil dari pada kita menggunakan kata-kata nasehat. Jika ber bicara dengan orang yang sebaya dengan kita harus menggunakan kata mendatar dan berbicara dengan orang yang bertalian adat dengan kita harus menggunakan kata kata malereang
Dengan menggunakan 3 dari 4 cara ber bicara itu. 1.bila berbicara dengan orang besar dengan kata-kata hormat. 2.berbica ra dengan yang kecil dari kita dengan menggunakan kata-kata santun dan mendi dik. Jika menerapkan yang tiga ini dalam hidup tidak akan terjadi perselisihan dan itulah etika politik dalam mewujudkan perdamaian dunia.
Itu adadalah yang dimaksud oleh alinea pertama pembukaan UUD 1945. Pada ali nea ke-5 “Melaksanakan ketertiban dunia” adil dan beradab dan inti atau hakikat dari beradab itu ada lah budaya, berbudaya.
Namun atas terjangan budaya asing. Ma ka kita saksikan diantara remaja/remaji ki ta yang laki-laki berambut panjang dan ber subang. Sebaliknya yang perempuan berbicara sesamanya “Ba waang waang”.
Sehubungan dengan itu akan dibiarkan dan atau akan dipertahankan budaya kita lndonesia yang embrionya dari Minangkabau dan Batusangkar kota budaya.
Kulik mayie ditimpo sakin, sakin dibuek urang Biaro. – Dalam lahie ado babatin, dalam batin bahakikat pulo.(***).
Penulis : Sts Dt. Rajo Indo
Editor : Red minakonews