Dicopot PAN: Dua figur publik, satu pelajaran politik (Ilustrasi AI)
Jakarta, MINAKONEWS.COM – Ketika dua figur publik seperti Uya Kuya dan Eko Patrio masuk ke dunia politik, ekspektasi publik bukan hanya soal popularitas, tapi soal tanggung jawab. Mereka bukan lagi entertainer, tapi wakil rakyat dan ketika aksi mereka—joget di tengah pengumuman kenaikan tunjangan DPR, viral dan memicu kemarahan publik, konsekuensinya bukan sekadar hujatan, tapi pencopotan.
PAN mengambil langkah tegas: menonaktifkan keduanya dari kursi DPR RI. Bukan karena mereka minta mundur, tapi karena partai harus merespons tekanan publik dan menjaga kredibilitasnya. Ini bukan soal dua orang, tapi soal etika politik secara keseluruhan.
Apa yang bisa kita pelajari?
Popularitas bukan jaminan integritas. Masuk ke parlemen berarti siap diawasi, bukan sekadar tampil.
Respons publik itu nyata. Aksi bisa berujung pada tekanan politik yang memaksa partai bertindak.
Partai harus berani bersih-bersih. PAN, NasDem, dan lainnya mulai menunjukkan, pencopotan bukan tabu, tapi bagian dari tanggung jawab.
Dan buat rakyat, ini jadi pengingat, suara kita punya dampak. Ketika publik bersuara, partai mendengar. Ketika etika dilanggar, kursi bisa hilang.(DRJ).
Penulis. : DRJ
Editor. : Red minakonews
