Indeks

Dari Sri Mulyani ke Purbaya: Indonesia Sedang Menata Ulang Arah Ekonominya

Donna R. Joesoef (penulis editorial ini menggunakan potret digital sebagai representasi visual).

MINAKONEWS.COM – Pergantian Menteri Keuangan dari Sri Mulyani Indrawati ke Purbaya Yudhi Sadewa bukan sekadar rotasi jabatan. Ini adalah momen transisi ideologis yang menandai babak baru dalam pengelolaan ekonomi nasional. Dua narasi besar mengiringi perubahan ini: pergeseran poros geopolitik dan perang melawan perampokan sumber daya alam.

Sri Mulyani selama ini dikenal sebagai teknokrat kelas dunia. Ia menjaga disiplin fiskal, menjaga kepercayaan investor, dan menjadi wajah Indonesia di forum-forum internasional. Namun, dunia berubah. Ketika IMF kehilangan pamor dan BRICS+ tumbuh dengan percaya diri, Indonesia tak lagi ingin sekadar menjadi tamu di pesta Barat. Kita ingin duduk di tengah meja, menentukan arah sendiri.

Narasi ini disampaikan dengan tajam oleh H. Tubagus Raditya Indrajaya (Kang Didit), yang menyebut pemecatan Sri Mulyani sebagai simbol pergeseran ideologi: dari austerity ke sovereign spending, dari defisit ketat ke investasi masif, dari Barat ke Timur. Prabowo, menurutnya, sedang menuntaskan gagasan lama tentang kemandirian ekonomi yang pernah dirintis oleh Soemitro Djojohadikusumo.

Di sisi lain, Peter F. Gontha menyoroti Purbaya sebagai figur yang berani menghadapi praktik korupsi struktural dalam ekspor-impor. Ia menyebut bahwa gaya komunikasi Purbaya yang keras bukanlah arogansi, melainkan strategi untuk menunjukkan ketegasan sejak awal. Purbaya tidak hanya bicara pajak, tapi akar persoalan: manipulasi ekspor, under-invoicing, dan penyelundupan hasil bumi yang merugikan negara triliunan rupiah.

Kedua narasi ini, meski berbeda sudut pandang, bertemu dalam satu titik: Indonesia sedang menata ulang arah ekonominya. Dari teknokrasi yang berhati-hati, menuju keberanian yang konfrontatif. Dari pengelolaan fiskal berbasis kepercayaan global, menuju kebijakan fiskal yang berpihak pada rakyat dan kedaulatan nasional.

Tentu saja, perubahan ini tidak tanpa risiko. Oligarki lama tidak akan tinggal diam. Mafia ekonomi yang selama ini menikmati celah kebijakan akan melawan. Tapi jika agenda ini dijalankan dengan konsisten, Indonesia bisa memasuki era baru: di mana kekayaan alam tidak lagi bocor ke luar negeri, dan pembangunan benar-benar menyentuh akar rumput.

Editorial ini bukan untuk menghakimi siapa yang benar atau salah. Tapi untuk mengajak publik melihat bahwa di balik reshuffle kabinet, ada pertarungan ide, arah, dan keberanian. Kita, sebagai rakyat, punya peran untuk mengawal agar perubahan ini tidak berhenti di retorika.(Donna).

Penulis. : Donna

Editor. : Red minakonews