Indeks

Dari Teluk Bayur ke Kelok Sembilan: Jejak Kepemimpinan Zainal Bakar yang Membekas

Zainal Bakar, pemimpin yang membangun dengan hati (Dok. Ist.)

Padang (Sumbar), MINAKONEWS.COM – Ditengah riuhnya dinamika politik dan pembangunan Sumatera Barat, nama *Zainal Bakar* kembali bergema. Bukan karena jabatan baru, melainkan karena sebuah buku biografi yang diluncurkan dan dibedah secara resmi di Auditorium Gubernuran Sumbar. Buku berjudul _Menapak dari Bawah, Melangkah hingga Puncak_ ini menjadi penanda warisan kepemimpinan Zainal Bakar tak lekang oleh waktu.

Acara peluncuran diprakarsai PWRI Sumbar bersama keluarga almarhum, dipimpin putra tertua beliau, *Prof. Dr. Ir. Is Prima Nanda, ST., MT*. Hadir pula *Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah*, yang menyebut Zainal sebagai pemimpin yang membangun dengan hati. “Beliau bukan hanya membangun jalan dan bandara, tapi juga membangun nilai, etika, dan kepercayaan publik,” ujar Mahyeldi.

Visi Besar: Gerbang Barat Indonesia

Salah satu gagasan monumental Zainal Bakar adalah menjadikan Sumatera Barat sebagai *Gerbang Barat Indonesia*. Gagasan ini bukan sekadar slogan, tapi diwujudkan melalui proyek strategis seperti *perluasan Pelabuhan Teluk Bayur*, *pembangunan Kelok Sembilan*, dan *Bandara Internasional Minangkabau (BIM)*. Infrastruktur ini menjadi tulang punggung konektivitas dan ekonomi Sumbar hingga hari ini.

Dalam masa kepemimpinannya, Zainal juga didukung oleh tokoh teknis seperti *Hediyanto*, Kepala Dinas PU kala itu, yang kemudian menjadi Dirjen Bina Marga. Kolaborasi mereka menghasilkan rekonstruksi jalan dari *Simpang Alai ke Kampuang Kalawi*, serta berbagai proyek lain yang melibatkan tokoh masyarakat seperti *Halius Hosen*.

Pemimpin Tanpa Pemanis

Zainal Bakar dikenal sebagai pemimpin yang *anti pencitraan*. Ia lebih memilih menunjukkan kerja nyata daripada retorika. Dalam sebuah unggahan reflektif, *Pinto Janir* —mantan wartawan dan eks tim sukses Zainal—menulis:

Pak Zainal Bakar, ini malam aku mengenangmu. Aku berdoa pada Allah, ya Allah, tempatkan Pak Zainal Bakar di sisiMu dalam kasih sayangMu itu.”
Seorang Gubernur yang anti pencitraan tapi lebih menunjukkan sesuatu secara nyata dan fakta tanpa pemanis-manis segala…”

Tulisan Pinto bukan sekadar testimoni, tapi juga pengakuan dari orang yang pernah berada di lingkaran terdekatnya. Ia menyebut Zainal sebagai pemimpin yang tidak silau jabatan, tidak tunduk pada kepentingan partai, dan selalu berpihak pada masyarakat.

Dekat dengan Wartawan, Terbuka pada Kritik

Zainal Bakar juga dikenal dekat dengan kalangan jurnalis. Ia tak alergi kritik, bahkan menjadikannya bahan refleksi. Dalam kolom “Taropong” dan “Mari Bako Bacamin Diri” yang ditulis oleh *Alwi Karmea* di Mingguan Canang, kritik tajam kerap diarahkan padanya. Namun, Zainal menyambutnya dengan terbuka. Ia bahkan membagi wartawan menjadi dua kategori: “wartawan emas” dan “wartawan perak”—bukan untuk membedakan kualitas, tapi untuk memahami gaya komunikasi dan kedekatan.

Warisan yang Dikenang Banyak Tokoh

Dalam acara bedah buku, hadir pula tokoh nasional dan daerah seperti *Irman Gusman*, *Prof. Dr. Fachri Achmad*, dan *Ir. Insannul Kamil, Ph.D*. Mereka menyebut Zainal sebagai pemimpin visioner, guru ideologis, dan figur yang keras namun berhati lembut. “Beliau bukan hanya membangun fisik, tapi juga membangun semangat,” ujar Fachri.

Acara ini juga dihadiri oleh *Rektor Unand Efa Yonnedi*, *Bupati Padang Pariaman Jhon Kenedy Azis*, *Ketua PWRI Sumbar Syafrizal Ucok*, *Ketua LKAAM Sumbar Fauzi Bahar Dt. Nan Sati*, *pakar hukum Elwi Danil*, *pamong senior H. Rajuddin Noeh*, serta sejumlah tokoh masyarakat, akademisi, dan politisi lainnya.

Penutup: Jejak yang Tak Pernah Padam

Zainal Bakar mungkin telah tiada, namun jejaknya tetap hidup dalam jalanan yang kita lalui, pelabuhan yang kita gunakan, dan semangat yang diwariskan kepada generasi birokrat Sumbar. Ia bukan hanya gubernur, tapi juga *penjaga nilai*, *penggerak pembangunan*, dan *pemimpin yang membangun dengan hati.(d®amlis).

Penulis. : d®amlis

Editor. : Red minakonews