Indeks

Editorial: Serangan Israel ke Qatar & Panah di Punggung Arab

Ilustrasi simbolik panah-panah pengkhianatan dari sesama Arab, sementara bendera asing berdiri tanpa perlawanan.(Sumber: Majalah Al-Wa’ie)

Oleh : Redaksi Minakonews.com

Serangan udara Israel ke Doha bukan sekadar agresi militer. Ia adalah simbol dari babak baru konflik Timur Tengah, di mana negara mediator damai justru diserang, dan negara-negara Arab saling menusuk dari belakang. Qatar, yang selama ini menjadi jembatan diplomasi antara Hamas dan Israel, kini menjadi korban dari kekuatan yang tak ingin perdamaian.

Gambar seorang pria Arab tertunduk di atas peta Saudi, punggungnya dipenuhi panah dari sesama negara Arab, menjadi metafora yang menyayat. Di bawahnya, bendera Israel dan Amerika Serikat berdiri kokoh di tanah yang seharusnya menjadi simbol kedaulatan. Ini bukan hanya pengkhianatan, tapi penyerahan.

Pertemuan antara Mohammed bin Salman dan pejabat keamanan Iran di Riyadh memperlihatkan bahwa peta aliansi sedang bergeser. Dua kekuatan regional yang selama ini bersaing, kini duduk satu meja. Tapi apakah ini bentuk perlawanan terhadap dominasi asing, atau hanya strategi bertahan di tengah badai?

Qatar pun mundur dari peran mediasi. “Mediasi macam apa kalau negara mediator justru diserang?” ujar jubir Qatar. Dunia Arab terpecah, dan kekuatan asing masuk tanpa perlawanan. Ketika panah-panah pengkhianatan datang dari dalam, musuh tak perlu berperang. Mereka cukup berdiri di atas tanah yang sudah diserahkan.

Bagi Indonesia, ini bukan sekadar berita luar negeri. Sebagai negara dengan posisi aktif di OKI dan pendukung perjuangan Palestina, Indonesia punya peluang untuk tampil sebagai suara moral di tengah krisis. Kita tidak boleh menjadi penonton dalam panggung pengkhianatan global.

Serangan Israel ke Qatar dan panah-panah di punggung Arab adalah peringatan. Dunia sedang berubah, dan Indonesia harus berani berdiri.

Penulis : MNK

Editor. : Red minakonews