HARATO PUSAKO TINGGI LANDASAN UTAMA UNTUK HIDUP

Sts.Dt.Rajo lndo. S.H, M.H.(Foto : MSR).

Tanah Datar (Sumbar), MINAKONEWS.COM – Padang banamo Panyariangan, di sinan batu tigo sakato. Anak dipangku jo pancarian, kamanakan dibimbiang jo Pusako. Begitu ketentuan tentang harta menurut hukum adat Minangkabau kata Sts.Dt.Rajo lndo. S.H, M.H di Bt.Sangkar, Rabu (22-1-2025).

Ketentuan ini mengandung arti bagaima na tugas seorang laki-laki di Minangkabau. Bahkan bukan sekedar tugas, melainkan sekaligus dengan apa tugas itu dilakukan. Malah bagaimana cara melakukannya su dah diatur oleh hukum adat Minangkabau dikiaskan oleh pepatah hukum tersebut.

Tokoh hukum adat Minangkabau itu selanjutnya dalam menjawab pertanyaan MinakoNews mengatakan, harta di Minang ada 2 kelompok besar 1.Harta pencarian, yang kedua harta Pusako Tinggi.

Harta pencarian diuntukan bagi anak. Sementara harta Pusako Tinggi untuk membimbing Kamanakan.

Dijelaskan Ketua majelis tinggi kerapatan adat alam Minangkabau (MT-KAAM) Luhak nan Tuo ini, harta pencarian itu jelas asal muasal dan cara mendapatkannya dan posisinya tergolong kepada Harta Pusako Randah menurut hukum adat Minangkabau.

Yang diterima secara turun temurun itu adalah Harta Pudako Tinggi. Turunnya sebagaimana diatur oleh ketentuan adat yang dijelaskan oleh pepatah hukum yang berbunyi;

Biriak-biriak tabang kasasak, dari sasak kahalaman, patah sayok tabang baranti, basuo di Tanah Bato. Dari Nyinyiak turun ka Mamak dari Mamak kakamanakan, Sa ko jo Pusako baitu aturannyo. Kata putra Ampalu Gurun yang mengajar hukum adat Minangkabau di fakultas hukum Muhammadiyah Sumatera Barat itu.

Ditegaskan mantan anggota DPRD dari Kecamatan Sungaitarab tersebut, jelaslah harta Pusako Tinggi turunnya kepada Kamanakan. Sementara harta Pusako Randah turunnya kepada anak. Karena itu Kamanakan dan anak di Minangkabau sudah punya landasan untuk hidup dan berkehidupan.

Akan tetapi kamanakan yang akan mewa risi harta Pusako Tinggi itu menurut hu kum adat Minangkabau bukanlah satu saja melainkan empat kelompoknya.

1.Kamanakan nan batali darah, 2.Kamanakan nan batali adat. 3.Kamanakan nan ba tali ayie, 4.Kamanakan nan batali buwek atau nan batali emas dan atau Kamanakan nan batali budi.

Kata pewaris keturunan “Katitiran Di ujuang tanduak nan mancotok di tapak tangan manyosok di ujuang kuku” (salah satu dari pendiri kerajaan Bungo Setangkai atau kerajaan tertua kedua setelah kerajaan Pasumayam Koto Batu di Pariangan Nagari Tuo) ini menguraikan.

Kamanakan nan batali darah adalah Kamanakan kontan yang ibunya satu Ibu dengan yang akan mewariskan harta Pusako Tinggi itu, jelasnya yang bertopi Moris itu.

Kamanakan nan batali adat adalah yang Niniaknya dulu-dulunya satu hindu dengan Niniak awak. Akan tetapi semenjak 7 (tujuh) kali keturunan yang berlalu sudah punya rumah adat, sudah punya Pondam Pakuburan, sudah punya Datuok serta telah punya Kaum sendiri.

Yang Kamanakan nan batali Ayie adalah anak yang diangkat menjadi Kamanakan. Sedangkan yang dikatakan Kamanakan nan batali buwek atau batali emas dan atau yang batali budi adalah Kamanakan yang keberadaanya disebabkan oleh sesua tu. Kamanakan yang 3 (tiga) ini hanya dapat mewarisi harta Pusako.

Namun keempat Kamanakan ini berhak atas harta Pusako Tinggi menurut hukum adat Minangkabau. Akan tetapi harus menurut urutannya. Justru hukum adat Minangkabau melarang dulu mendahului. Kita boleh kencang tetapi tidak boleh dahulu mendahului, kecuali telah di izinkan oleh yang di depan, jelas tokoh Pers Nasional yang urang awak ini (MSR).

Penulis : MSR

Editor : Red minakonews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *