Maluku Utara melesat 32,09%, Sumbar tertinggal di 3,94%, potret kontras dua provinsi dalam peta pertumbuhan ekonomi nasional (Infografis: DRJ/AI).
Padang (Sumbar). MINAKONEWS.COM – Ditengah sorotan nasional terhadap ketimpangan pertumbuhan ekonomi antar daerah, Provinsi Maluku Utara mencatat sejarah dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 32,09 persen (y-on-y) pada Triwulan II 2025. Sementara itu, Sumatera Barat hanya tumbuh 3,94 persen, jauh di bawah rata-rata nasional yang berada di angka 5,12 persen.
Data ini dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan menunjukkan jurang perbedaan yang makin lebar antara kawasan timur dan barat Indonesia.
Pertumbuhan fantastis Maluku Utara didorong oleh hilirisasi nikel melalui kawasan industri terpadu seperti IWIP (Indonesia Weda Bay Industrial Park) dan WBN (Weda Bay Nickel), investasi asing langsung (FDI) yang masif terutama dari Tiongkok, serta peningkatan infrastruktur dan migrasi tenaga kerja ke Halmahera Tengah.
Kawasan Halmahera Tengah sendiri tumbuh hingga 60,77 persen, menjadikannya daerah dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia.
Kepala BPS Maluku Utara, Simon Sapary, menyebutkan bahwa lapangan usaha pengadaan listrik dan gas tumbuh 69,59 persen, pertambangan 60,57 persen, dan industri pengolahan 57,51 persen. Efek langsung dari hilirisasi dan ekspansi industri menjadi pendorong utama.
Sementara itu, Sumatera Barat tetap menunjukkan stabilitas ekonomi, namun belum mampu mencetak lompatan signifikan. Sektor unggulan seperti pertanian, perdagangan, dan jasa pendidikan belum cukup mendorong akselerasi. Konsumsi rumah tangga dan investasi tercatat melemah, sementara sektor pariwisata belum pulih sepenuhnya pasca pandemi.
Analis ekonomi lokal, Irwan Syafril, menyebutkan bahwa Sumbar punya potensi besar di sektor agro dan pariwisata. Namun tanpa hilirisasi dan kawasan industri, daerah ini akan terus tertinggal.
Rekomendasi strategis untuk Sumbar antara lain mendorong hilirisasi komoditas lokal seperti CPO, hasil laut, dan pertanian; membangun kawasan industri berbasis agro atau pariwisata di pesisir barat dan Bukittinggi-Payakumbuh; memperkuat konektivitas logistik melalui pelabuhan Teluk Bayur dan bandara BIM; serta memfasilitasi UMKM dan startup digital berbasis budaya Minang dan ekonomi kreatif.
Artikel ini disusun untuk membuka ruang diskusi publik dan mendorong pemerintah daerah agar lebih progresif dalam merancang strategi ekonomi jangka panjang. Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, Sumbar bisa mengejar ketertinggalan dan menjadi poros ekonomi Sumatera.
Penulis: DRJ/44d1n0
Editor. : Red. Minakonews.com
