Kepala Sekolah SDN 10 VI Suku Yunia Tri Yani ,Spd, beserta 8 orang guru, satu orang TU dan penjaga sekolah foto bersama saat di cagar budaya pemakaman Dt Parpatih Nan sabatang .(foto Eli)
Kota Solok (Sumbar) MINAKONEWS.COM – Dalam rangka mempelajari sejarah terkait
Datuak Parpatiah Nan Sabatang ,melalui inovasi Kacu (kamis curhat )salingka solok mengunjungi makam Datuak Parpatiah Nan Sabatang yang terletak di Munggu Tanah, Jorong Batu Palano, Nagari Salayo, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok.
Adapun yang melakukan kunjungan ke makan Datuak Parpatih nan sabatang yakni Kepala Sekolah SDN 10 VI Suku Yunia Tri Yani ,Spd , dan desrawati, yosta refena, Syafriyanti, Rusda Nur,Femi dwiyana putri,Akmal, Marjoni putra,Yunia Triyanna serta TU Yulia Hariyanti
Dan Penjaga sekolah Zulfadli TU sementara yang menjadi Nara sumber informasi Keturunan kelima dari Dt Parpatih Nan Sabatang
Kepala Sekolah SDN 10 VI Suku Yunia Tri Yani ,Spd menyampaikan mungkin sudah melekat dalam ingatan masyarakat khususnya di Sumatera Barat (Sumbar). Sebab, dalam sejarah Budaya Alam Minang Kabau, Datuak Parpatiah dikenal sebagai seorang tokoh panutan yang menjadi pemimpin kelarasan Bodi Caniago. Namun, tak banyak yang tau dimana Datuak yang dalam sejarah Minang Kabau menjadi Patih di Kerajaan Pagaruyung sekitar abad ke-14 silam.
Penjaga makam Depi Pasus menunjukkan makam Dt Parpatiah.
Konon kabarnya, Dt Parpatiah sesungguhnya atau Datuak Parpatiah Nan Sabatang pertama yang turun dari Gunung Merapi, menuju Pariangan itu dimakamkan di Munggu Tanah.
Nyaris masyarakat Minang di Sumbar tidak banyak yang mengetahui tempat “pembaringan” terakhir Dt Parpatiah Nan Sabatang. Bahkan, warga Kabupaten dan Kota Solok sendiri tak tau, jika tokoh penyebaran adat ini dimakamkan di Nagari Salayo.
Makam Dt Parpatiah Nan Sabatang yang berjarak sekitar 1 Km dari jalan raya Solok-Salayo. Sekilas memang tak terlihat tanda di kampung tersebut terdapat prasti sejarah Minang Kabau. Sebab, tak satupun petunjuk di Salayo yang menuliskan jika di Munggu Tanah, ada makam Dt Parpatih Nan Sabatang.
Selain dikenal sebagai cagar budaya Minang Kabau, makam Dt Parpatiah Nan Sabatang juga dikenal masyarakat setempat sebagai “makam keramat”. Presepsi ini muncul ini dari beberapa peristiwa yang terjadi lingkungan sekitar makam, khususnya di Munggu Tanah dan Salayo.
Jika ada orang yang melakukan perbuatan maksiat di sekitar lokasi makam atau di Munggu Tanah, maka akan terdengar dentungan bunyi “manggaga” (menggelegar) seperti dentungan besi yang dipukul dengan sangat keras
Selain itu Kebiasaan masyarakat sekitar melakukan kaul ini biasanya dilakukan sebelum mulai turun ke sawah atau pada penghujung musim kemarau.
“Biasanya untuk do’a tolak bala, masyarakat melakukannya di makam Dt Parpatiah. Adanya masyarakat yang berkunjung ke sini untuk memanjatkan do’a,” kata Jon Rajo Bonsu.
Selain itu, berbagai keanehan juga terdapat di lokasi makam Dt Parpatiah. Seperti ukuran panjang makam Dt Parpatih yang tak pernah sama dan selalu berubah-ubah. Bahkan, pernah di ukur panjang makamnya terkadang mencapai 2,5 meter dan juga pernah sampai 3 meter.
“Setiap di ukur, selalu berubah. Ini juga jadi tanda tanya besar di diri saya,” kata Depi Pasus penjaga makam.
Selain itu, tepat di pinggirnya hanya berjarak sekitar 2 meter dari makam Dt Parpatiah Nan Sabatang terdapat satu batang pohon bernama pohon Mansiro yang telah mengakar disepanjang makam dan sudah berusia puluhan tahun. Meski panjang akarnya mencapai 8 meter, namun akar tersebut tidak pernah sampai ke area makam Datuak. Hanya saja, saat tepat di bangunan makam, akar tersebut seperti menghindar dan memanjang ke arah yang tidak bersentuhan dengan makam.
Meski memiliki pesona dan daya tarik wisata budaya yang tinggi. Namun, nasib makam Dt Parpatiah Nan Sabatang tidaklah sepopuler namanya yang dikenang turun-temurun di Minang Kabau.
Ironisnya, meski berada di Kabupaten Solok, namun orang-orang yang mengatahui makam ini justru berasal dari luar daerah. Bahkan, luar Sumbar. Padahal, untuk masuk dan berkunjung ke makam ini, tamu tidak dipungut biaya sepeserpun jua.
Paling tidak, dalam tiga Tahun terakhir, tamu yang datang berziarah ke makam Dt Parpatih ini berasal dari Negeri Sembilan Malaysia, Kota Padang, Kalimantan, Bengkulu dan sebagainya.
“Banyak masyarakat di Solok yang tidak tau keberadaan makam di Munggu Tanah,” kata Depi.
Yunia Tri Yani ,Spd juga menyampaikan, Cagar budaya merupakan kekayaan bangsa yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan, sehingga perlu dilindungi dan dilestarikan demi pemupukan kesadaran jatidiri bangsa dan kepentingan nasional.(Eli).
Penulis : Eli
Editor : Red minakonews